Monday 26 February 2018

Peran keluarga dalam islam


PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
            Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rosul-Rosulnya guna diarahkan kepada manusia. Ia dibawa secara estafet (sambung menyambung) dari satu generasi kegenerasi yang lainnya. Islam adalah rahmat, hidayah dan petunjuk bagi manusia yang berkelana dalam kehidupan duniawi, merupakan adanya sifat Rahman Rahim dari Allah.
            Salah satu yang kita dambakan dalam hidup ini adalah terwujudnya kehidupan yang baik berdasarkan nilai-nilai islam. Sebagai agama yang syamil (menyeluruh) dan kami (sempurna) memberikan perhatian yang begitu besar pada pembentukan pribadi , keluarga dan masyarakat yang islami. Oleh karena itu, menjadi penting bagi kita untuk memahami hakikat pribadi, keluarga dan masyarakat yang islami.

RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana peran keluarga dalam islam
2.      Apa pengertian masyarakat

TUJUAN PENULISAN
1.      Mengetahui peran keluarga dalam islam
2.      Mengetahui arti masyarakat

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1  PENGERTIAN KELUARGA
          Keluarga merupakan sebuah pondasi dan institusi yang paling dicintai dalam islam. Masyarakat terbentuk dari uit-unit yang lebih kecil dan keluarga merupakan unit yang paling kuno dan alami serta titik diawalinya kehidupan manusia.
            Keluarga adalah pusat perkumpulan dan poros untuk melestarikan tradisi-tradisi serta tempat untuk menyemai kasih sayang dan emosional.
            Keluarga memiliki peran pundamental untuk menjaga bangsa-bangsa dari dekadensi dn kehancuran. Karena itu, undang-undang juga harus disusun untuk mempermudah terbentuknya keluarga, memelihara kesuciannya, dan memperkuat hubungan kekeluargaan berdasarkan hak-hak etika islam. Dari segi psikologi, keluarga juga mempunyai peranan penting dalam meredam emosi mencegah depresi, dan memberi dampak-dampak psikis lain bagi seseorang. Anak-anak yang kehilangan orang tuanya akan larut akan kesedihan, diliputi rasa takut, bersikap emosi,dan kehilangan rasa tenang. Keluarga merupakan sosialisasi primer yang artinya lingkungan masyarakat pertama yang dikenal seseorang ketika lahir. Sebagai media sosialisasi primer keluarga lah yang paling berpengaruh membentuk karakter dalam diri seseorang. Bagaimana orang itu hidup, bagaimana cara bersosialisasi dengan masyarakat, bagaimana menyelesaikan masalah,
            Keluarga menurut pengertian yang umum adalah satuan kekerabatan yang sangat mendasar dimasyarakat yang terdiri atas IBU,AYAH,dan ANAK sedangkan menurut hasan ayub menjelaskan bahwa keluarga adalah suatu kumpulan manusia dalam kelompok kecil yang terdiri atas suami, istri, dan anak-anak. Kumpulan dari beberapa keluarga disebut masyarakat.dengan demikian dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan organisasi terkecil dari suatu masyarakat, masyarakat terus berkembang, baik secara horizontal maupun vertical menjadi suku dan atau bangsa.
1.      peran keluarga dalam islam

(artinya) “hai orag-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat malaikat yang kasar keras dan tidak mendurhakai allah terhadap apa yang diperintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S At-tahrim : 06)
Untuk menunjukan arti pentingnya keluarga, ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa ”keluarga adalah tiang masyarakat dan sekaligus tiang negara; bahkan juga tiang agama.” Islam menaruh perhatian sangat serius terhadap perkara keluarga.di antara indikatornya, dalam al-Qur’an dan atau al-hadits, tidak hanya dijumpai sebutan keluarga dengan istilah ”al-ahl”,jamaknya “al-ahluna”, atau “dzul-qurba”, “al-aqarib” dan lainnya; di antara surat yang menyimbolkan arti penting tentang peran keluarga dalam kehidupan sosial adalah surat Ali Imran yang terdiri atas 200 ayat, 3,460 kata dan 14,525 huruf. Secara umum dan garis besar, surat Ali Imran memuat perihal: keimanan, hukum dan kisah disamping lain-lain. Yang menariknya lagi surat Ali Imran diiringi surat An-Nisa, yang mengisyaratkan arti penting kedudukan seorang ibu khususnya dan kaum wanita pada umumnya dalam hal pembentukan dan pembinaan keluarga ideal yang disimbolkan dengan keluarga Imran.
            Masih dalam konteks peduli Al-Qur’an terhadap peran keluarga, bisa dipahami dari isi kandungan ayat 6 surat At-tahrim yang telah dikutibkan sebelum ini. Ayat tersebut pada dasarnya mengingatkan semua kepala keluarga dalam hal ini bapak dana tau ibu bahkan para wali, supaya membangun, membina dana tau memelihara,melindungi semua anggota keluarga yang menjadi tanggungannya dari kemungkinan mara bahaya yang disimbolkan dengan siksaan api neraka. Sebab, dalam islam berkeluarga itu tidak sebatas duniawi, melainkan juga sampai ke kehidupan akhirat.
            Indikator lain dari poin peduli islam terhadap eksistensi dan peran keluarga dalam kehidupan social kemasyarakatan adalah adanya hukum keluarga islam yang secara spesifik mengatur persoalan-persoalan hukum keluarga, mulai dari perkawinan, hadhanah (pengasuhan dan pendidikan anak), sampai kepada hukum kewarisan dan lain-lain yang lazim dengan sebutan “al-ahwal asyakhshiyyah”,”ahkam al-usrah,”Islamic family law dan lain-lain.

a.       Upaya pembentukan keluarga dan masyarakat islami
·         Membentuk masyarakat islami harus diawali oleh individu-individu yang berlandaskan ajaran islam
·         Satuan terkecil dari masyarakat adalah keluarga
·         Keluarga yang islami akan membentuk masyarakat islami

b.      Dasar pembentukan keluarga dan masyarakat islam
·         Munakahah (Hukum Nikah)
·         Mawaris (Hukum Waris)
·         Masyarakat islam

c.       Munakahat
·         Mubah (jaiz) atau boleh
·         Sunah bagi yang telah mampu secara mental dan material
·         Wajib, bagi yang telah cukup material dan mental serta dikhawatirkan terjebak dalam perbuatan zina.
·         Makruh, apabila pernikahan itu dilakukan oleh orang yang belum mampu memberi nafkah
·         Haram, bagi orang yang berniat menyakiti perempuan yang akan dinikahinya.

d.      Akibat Hukum Nikah
·         Kehalalan bersenang-senang dan berhubungan kelamin antara suami dan istri.
·         Tetapnya keharaman kawin pada persemendaan, artinya dengan akibat sahnya perkawinan, suami jadi haram dengan ibu istri, sodara istri dan sebaliknya.
·         Menjadi tetapnya hak mahar bagi istri
·         Timbulnya kewajiban suami terhadap istrinya dan sebaliknya.
·         Tetapnya nasab anak bagi suami
·         Istri menjadi haram kawin dengan laki-laki lain selama dalam ikatan perkawinan
·         Timbulnya keterikatan suami istri untuk mencurahkan tenaga dan pikiran guna mewujudkan rumah tanggayang sejahtera lahir, batin dunia dan akhirat.
·         Menjadi tetapnya hak saling mewarisi jika salah seorang meninggal dunia

e.       Kewajiban Mendidik Anak
·         “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu ….” (Q.S At-Tahrim : 6)
·         Dan orang-orang yang berkata : “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami,  istri-istri kami, dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S Al-Furqon : 74)

f.        Mawaris
·         Warisan adalah semua harta benda yang ditinggalkan oleh seorang yang meninggal dunia, baik berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak.
·         Ilmu yang membahas tentang mawaris dinamakan ilmu Faroid, berasal dari kata “Faridhah” suatu ketentuan.

2.2  MASYARAKAT
            Ada beberapa kata dalam al-Qur’an yang menjurus pada pengertian masyarakat, kata kata tersebut ialah ummah ,qawm, syu’ub, dan qoba’il.disamping itu al-Quranpun memperkenalkan masyarakat dengan sifat-sifat tertentu. Ummah yang dalam Bahasa Indonesia ditulis umat, menurut Anton M. Moeliono .ialah para penganut suatu agama atau bias juga diartikan manusia. Dalam terminology yang lain, umat terkadang diartikan bangsa atau negara. oleh karena itu, sesuai pengertian yang dimaksud, umat hanya sesuai disandingkan pada umat manusia.
            Konsep masyarakat ideal menurut islam ialah masyarakat sejahtera seutuhnya. Itu bias kita mulai dari penataan dan pembinaan keluarga melalui pendekatan nilai-nilai islam yang secara terus menerus diterapkan dalam lingkup keluarga. Karena keberhasilan suatu keluarga dalam menerapkan konsep ideal akan melahirkan masyarakat yang ideal, seperti yang digambarkan terdahulu. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dikatakan bahwa keluarga merupakan pondasi awal masyarakat.
1)      Ciri-ciri masyarakat islam
·         Persaudaraan
·         Persamaan (Musawah)
·         Toleransi (Tasamuh)
·         Amar Ma’ruf Nahyi Munkar
·         Musyawarah
·         Keadilan dan menegakan keadilan
Terwujudnya masyarakat yang berkepribadian islami merupakan suatu yang sangat penting,. Dengan terwujudnya masyarakat islami, ketertiban, kedamaian, dan ketenangan hidup akan sama sama kita rasakan, bahkan hidup jadi terarah pada nilai-nilai kebenaran dan dapat kita kikis habis tindakan-tindakan yang bersifat maksiat atau minimal menjadi snagat kecil peluang peluang manusia untuk melakukan kemaksiatan. Dari sini masyarakat akan memiliki harapan yang lebih besar terhadap masa depan yang cerah, tapi bila masyarakat tidak islami, maka masa depan yang bahagia akan terasa suram. Allah SWT berfirman, “jika sekiranya penduduk negri-negri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka siksa mereka disebabkan perbuatannya” (Q.S 7:96)
Apabila manusia baik secara pribadi ataupun baik secara kelompok masayarakat, maka insyaallah akan memperoleh keberkahan dari Allah SWT, niscaya kehidupannya akan berjalan dengan baik, rezeki yang diperolehnya cukup bahkan melimpah, sedang ilmu dan amalnya selalu memberi manfaat yang besar dalam kehidupan. Disinilah letak pentingnya mewujudkan masyarakat yang islami. Namun muncul pertanyaan. “seperti apa masyarakat islami yang harus diwujudkan itu?”Masyarakat islami yang harus terwujud minimal harus mempunyai empat (4) ciri
1.                  Masyarakat yang bersaudara. Yaitu masyarakat yang tidak membeda bedakan antara orang asing dan pribumi Karena dalam keterangan telah dijelaskan “kullu muslimin ikhwatun” karna yang perl diperhatikan adalah ketakwaan nya kepada Allah SWT. Sebagai mana firman-nya “hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu, sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.” (Q.S 49:13)
2.                  Masyarakat yang tidak mengenal konflik dan pertentangan, dalam hal ini bisa diambil sampel masalah kesenjangan dalam hal ekonomi, masyarakat yang islami tidak akan mengenal kesenjangan ,dikarnakan ada perintah menunaikan zakat, yang harus sangat diperhatikan ialah kesadaran mengeluarkan zakat agar bisa menghilangkan kesenjangan dalam hal ekonomi. Mana kala permasalahan yang sangat krusial disini sudah dapat diatasi, niscaya masyarakat itu akan menjelma menjadi masyarakat yang kuat meskipun potensinya lemah, sedangkan masyarakat yang sebenarnya memiliki potensi yang besar tetap saja akan menjadi lemah bila masih mengembangkan konflik dan pertentangan, Allah SWT berfirman yang artinya : “Dan taatlah kepada Allah dan Rosul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Q.S 8:46)
3.                  Masyarakat yang bersungguh sungguh dalam kebaikan termasuk dalam mencari kebutuhan ekonomi yang halal bagi diri dan keluarganya meskipun dengan susah payah memperolehnya, Rosulullah SAW bersaabda ,”seseorang yang membawa tambang lalu pergi dan mencari kayu bakar dan dibawanya kepasar guna untuk dijual dan uangnya dipakai untuk mencukupi kebutuhan dan nafkah bagi dirinya, maka itu lebih baik dari seseorang yang meminta-minta kepada orang yang kadang diberi dan kadang ditolak” (HR.Bukhori dan Muslim)
4.                  Masyarakat yang terhormat, yakni masyarakat yang memiliki izzah, kemuliaan atau harga diri, baik dalam kaitan mencari harta, melampiaskan keinginan seksual, maupun dalam menjalin hubungan dengan sesame manusia.
o   Ke-empat factor inilah yang harus dipenuhi agar terciptanya keluarga atau masyarakat yang islami.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Pada dasarnya keluarga dan masyarakat memiliki relasi atau hubungan yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Hubungan yang dilandasi oleh nilai, dan norma serta aturan-aturan diantara komponen-komponen tersebut.

B.     Saran

Dalam penulisan makalah, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih sangat banyak kekurangan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami selaku penyusun sangat menunggu kritik dan saran yang sifatya membangun, agar tercipta makalah yang lebih baik untuk kedepannya. 

Makalah Teori Manajemen Perubahan



baca juga : the impertance of postoperative fart


MAKALAH MANAJEMEN PERUBAHAN
“Teori Manajemen Perubahan”
Di ajukan sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Manajemen Perubahan






Dosen: Ilham Fahmi, S.Pd., M.Pd.



Disusun Oleh:

Listiawandi                   (1510631120041)
M. Salman Alfarizi       (1510631120046)
Nur Fitria Lestari          (1510631120055)
Siti Amelia                    (1510631120070)

MPI semester 6
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NEGERI SINGAPERBANGSA KARAWANG
2017/2018


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta ridhonya kepada kita semua. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya saya mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi mata kuliah Manajemen Perubahan, makalah yang berjudul “Teori Manajemen Perubahan. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.    Bapak DR. H. Amirudin, M.Pd.I, selaku dekan Fakultas Agama Islam
2.    Bapak DR. H. Masykur H. Mansyur Drs, MM. Selaku ketua kaprodi jurusan Manajemen Pendidikan Islam
3.    Bapak Ilham Fahmi, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah yang memberikan, saran, ide dalam memberikan masukan kepada penulis dalam pembuatan makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum lah sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.




Karawang, 22 Februari 2018                         
                                                                              Penyusun 



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I  PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................................................ 4
1.2 Rumusan masalah.......................................................................................... 4
1.3 Tujuan penulisan............................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Manajemen Perubahan..................................................................... 6
2.2 Tujuan dan Manfaat Manajemen Perubahan................................................. 7
2.3 Pendekatan Manajemen Perubahan............................................................... 8
2.4 Analisis Teori Manajemen Perubahan.......................................................... 10
2.5 Penyebab perubahan dan cara mengatasi tantangan terhadap perubahan    13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 16
3.2 Saran............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 18



BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Kebanyakan diantara kita sudah menyadari bahwa lingkungan di sekitar kita selalu bergerak, berubah, mempegaruhi kehidupan kita. Dalam dunia yang semakin kompetitif, melakukan perubahan adalah kebutuhan mutlak. Namun, pengalaman empiris menunjukkan bahwa upaya perubahan tidak selalu berhasil. Untuk itu, perubahan yang dilakukan perlu dikelola dengan baik dan benar.
Sumber daya manusia berperan sebagai pemain kunci untuk keberhasilan perubahan. Oleh karena itu, kedepan, sumber daya manusia harus selalu ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilannya secara terus-menerus.
Manajemen perubahan merupakan pengelolaan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi, dalam kondisi lingkungan yang bergerak terus-menerus. Manajemen perubahan perlu mengambil pelajaran dari pengalaman sebelumnya, menjalankan proses perubahan dengan benar dan memberikan peran dan tanggung jawab kepada semua stakeholder sesuai proporsinya.
Semua organisasi merupakan bagian dari sistem sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat itu sendiri memiliki sifat dinamis, selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Tanpa dinamika yang sejalan dengan dinamika masyarakat, organisasi tidak akan survive apalagi berkembang. Ini berarti bahwa perubahan dalam suatu organisasi merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Secara terus menerus organisasi harus menyesuaikan diri dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di lingkungannya.
1.2       Rumusan Masalah
1. Apa definisi manajemen perubahan ?
2. Apa tujuan dan manfaat manajemen perubahan ?
3. Bagaimana pendekatan manajemen perubahan ?
4. Bagaimana analisis teori manajemen perubahan ?
5. Apa penyebab perubahan dan bagaimana cara mengatasi tantangan terhadap perubahan ?
1.3       Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi manajemen perubahan.
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari manajemen perubahan.
3. Untuk mengetahui pendekatan manajemen perubahan.
4. Untuk mengetahui analisis manajemen perubahan.
5. Untuk mengetahui penyebab perubahan dan cara mengatasi tantangan terhadap perubahan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Definisi Manajemen Perubahan
Perubahan tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia.  Perubahan mulai disadari  menjadi bagian yang penting dari suatu organisasi diawali sekitar 40 tahun yang lalu. Dimulai oleh dunia usaha yang lebih dulu menyadari pentingnya  perubahan bagi peningkatan kualitas produksi yang dihasilkan. Berbagai upaya dan pendekatan telah dilakukan untuk  memecahkan masalah yang timbul akibat adanya perubahan.
Berdasarkan Buku Change Management karangan Jeff Davidson bahwa Manajemen Perubahan (Change Management) merupakan sebuah proses penyejajaran (alignment) berkelanjutan sebuah organisasi dengan pasarnya dan melakukanya lebih tanggap dan efektif dari pada para peasingnya. Dimana Manajemen Perubahan adalah upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam organisasi. Perubahan  dapat terjadi karena sebab-sebab yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut.
Manajemen perubahan adalah proses terus-menerus memperbaharui organisasi berkenaan dengan arah, struktur, dan kemampuan untuk melayani kebutuhan yang selalu berubah dari pasar, pelanggan dan para pekerja itu sendiri. Kegiatan manajemen perubahan harus berlangsung pada tingkat tinggi mengingat laju perubahan yang dihadapi akan lebih besar dari masa sebelumnya.
Ada beberapa definisi Manajemen Perubahan menurut Para Ahli, diantaranya:
a. (Wibowo, 2006: 241) dalam bukunya yang berjudul Pengantar Manajemen Perubahan, Pemahaman Tentang Mengelola Perubahan dalam Manajemen, Manajemen perubahan adalah suatu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk memengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari proses tersebut. Manajemen perubahan ditujukan untuk memberikan solusi bisnis yang diperlukan dengan sukses dengan cara yang terorganisasi dan dengan metode melalui pengelolaan dampak perubahan pada orang yang terlibat didalamnya.
Sementara itu, perubahan selalu dimulai dengan inisiatif pandangan pada hasil positif. Hambatan paling umum untuk keberhasilan perubahan adalah resistensi dan perubahan terjadi lebih cepat dan lancar.
b. Aradea dkk (2010:E-27) mengatakan bahwa Change Management adalah serangkaian proses yang digunakan untuk memastikan bahwa perubahan strategis yang signifikan dalam organisasi dilakukan secara terkontrol dan sistematis, untuk mengatasi resistensi terhadap perubahan dalam rangka meningkatkan keterlibatan dan pencapaian tujuan organisasi untuk transformasi efektif. Pencapaian perubahan yang berkelanjutan dimulai dengan pemahaman yang jelas tentang keadaan organisasi saat ini, diikuti dengan pelaksanaan strategi yang tepat dan ditargetkan.
Change Management difokuskan pada hasil perubahan yang akan dihasilkan dan peraturan baru harus bisa dipahami. Perubahan proses biasanya berlaku untuk tugas dan/atau perubahan struktur. Strategi Change Management yang komprehensif diarahkan pada tujuan yang diinginkan dan menciptakan rasa kepemilikan, sehingga memungkinkan perbaikan berkelanjutan, terukur dan membangun kemampuan untuk menghadapi perubahan di masa depan.
2.2       Tujuan dan Manfaat Manajemen Perubahan
Perubahan bertujuan agar organisasi tidak menjadi statis melainkan tetap dinamis dalam menghadapi perkembangan jaman, kemajuan teknologi dan dibidang pelayanan kesehatan adalah peningkatan kesadaran pasien akan pelayanan yang berkualitas
Perubahan mempunyai manfaat bagi kelangsungan hidup suatu organisasi, tanpa adanya perubahan maka dapat dipastikan bahwa usia organisasi tidak akan bertahan lama.
2.3       Pendekatan Manajemen Perubahan
Wibowo, 2006: 246-251 dalam bukunya yang berjudul Pengantar Manajemen Perubahan, Pemahaman Tentang Mengelola Perubahan dalam Manajemen Terdapat pendekatan utama untuk manajemen perubahan, yang dinamakan planned change (perubahan terencana) dan emergent change (perubahan darurat). Pendekatan yang dipergunakan tergantung pada kondisi lingkungan yang dihadapi. Pada situasi tertentu planned change lebih tepat daripada kondisi lainnya mungkin emergent change lebih cocok.
2.3.1       Planned Change (Perubahan Terencana)
Untuk melakukan perubahan terencana perlu dilakukan empat fase tindakan, yaitu sebagai berikut.
1).           Exploration phase (fase eksplorasi)
          Dalam tahap ini organisasi menggali dan memutuskan apakah ingin membuat perubahan spesifik dalam operasi, dan jika demikian, mempunyai komitmen terhadap sumberdaya untuk merencanakan perubahan. Perubahan menyangkut kepedulian akan perlunya perubahan; mencari bantuan eksternal untuk membantu dengan merencanakan dan mengimplementasi perubahan; dan melakukan kontrak dengan konsultan yang mendefinisikan tanggung jawab masing-masing pihak.
2).            Planning phase (fase perencanaan)
          Sekali konsultan dan organisasi membuat kontrak, tahap berikutnya adalah menyangkut pemahaman masalah dan kepentingan organisasi. Proses perubahan menyangkut pengumpulan informasi dengan maksud menciptkan diagnosis yang tepat tentang masalahnya; menciptkan tujuan perubahan dan mendesain tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut; dan membujuk pengambil keputusan kunci mencapai tujuan tersebut dan mendukung perubahan yang diusulkan.
3) .          Action phase (fase tindakan)
          Pada fase ini organisasi mengimplementasikan perubahan yang ditarik dari perencanaan. Proses perubahan menyangkut desain untuk menggerakkan organisasi dari keadaan sekarang ke keadaan yang akan dating yang diharapkan, dan termasuk menciptakan pengaturan yang tepat untuk mengelola proses perubahan dan mendapatkan dukungan untuk tindakan yang dilakukan; dan mengevaluasi kegiatan implementasi dan mengumpan hasil sehingga setiap penyesuaian dan perbaikan yang perlu dapat dilakukan.
4) .          Integration phase (fase integrasi)
          Tahapan ini dimulai begitu perubahan telah dengan sukses diimplementasikan. Hal ini berkaitan dengan mengonsolidasi dan menstabilisasi perubahan sehingga mereka menjadi bagian organisasi normal, operasi sehari-hari berjalan dan tidak memerlukan pengaturan khusus atau mendorong memelihara mereka. Proses perubahan menyangkut penguatan perilaku baru melalui umpan balik dan system penghargaan dan secara bertahap menurunkan kepercayaan pada konsultan; dan melatih manajer dan pekerja untuk memonitor perubahan secara konstan dan melakukan perbaikan terhadapnya.

2.3.2   Emergent Approach (Pendekatan Darurat)
          Emergent Approach memberikan arahan dengan melakukan penekanan pada lima gambaran organisasi yang dapat mengembangkan atau menghalangi keberhasilan perubahan, yaitu :
1).     Organizational structure (struktur organisasi)
          Organizational structure adalah perubahan struktural menuju pada suatu organisasi dengan lebih banyak delegasi. Salah satu aspek yang berkembang adalah dengan adanya gerakan menciptakan organisasi yang berpusat pada pelanggan. Tanggapan pelanggan menempatkan tekanan lebih besar pada proses horizontal yang efektif dan mewujudkan konsep bahwa setiap orang adalah pelanggan.
2).     Organizational culture (budaya organisasi)
          Organizational culture adalah suatu upaya untuk memengaruhi perubahan dalam suatu organisasi sekadar dengan berusaha mengubah budayanya.
3).     Organizational culture (organisasi pembelajaran)
          Pembelajaran memegang peran kunci dalam menyiapkan orang untuk bersedia melakukan perubahan, atau membiarkan mereka menghalangi perubahan.
4).         Managerial behavior (perilaku manajerial)
          Manajer diharapkan bekerja sebagai pemimpin, fasilitator dan memiliki kemampuan meredam hambatan hierarki, fungsi dan organisasional. Dapat mengajak dan memotivasi tim dan kelompok untuk mengidentifikasi kebutuhan dan mencapai perubahan.
5).     Power and politics (kekuatan dan politik)
          Memanfaatkan kekuatan dan keadaan politik untuk terjadinya perubahan yang efektif.

2.4     Analisis Teori Manajemen Perubahan
a.       Analisis Konsep dan Tahapan Manajemen Perubahan
Dalam menginterpretasi konsep perubahan dalam sebuah organisasi ataupun kelembagaan khususnya perguruan tinggi sangatlah harus tepat dan sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi pada masa sekarang ini. Perubahan yang di inginkan tentu saja menjurus pada ranah yang lebih baik dan konsepan ini mesti meramalkan segala sikap dari pengalaman yang sebelumnya pernah di alami.
Konsep perubahan tidak akan terlepas dari hukum kausalitas antara pelaku organisasi. Hubungan timbal balik ini bisa di timbulkan karena terjadinya perubahan baik yeng perubahan di sebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal.
b.                  Analisis Tahapan Perubahan
Tahap pertama ialah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya perubahan. Tahapan ini berkenaan dengan faktor manusianya, dalam hal ini seluruh warga perguruan tinggi. Manusia  memegang posisi kunci dalam proses perubahan. Mereka dapat merupakan kunci keberhasilan tetapi sebaliknya dapat juga merupakan faktor penyebab gagalnya perubahan yang dilakukan. Oleh karena itu faktor manusianya harus terlebih dahulu disiapkan dengan baik sebelum perubahan dilaksanakan.
Setelah anggota menyadari arti pentingnya perubahan yang hendak dilakukan, barulah perubahan yang sesungguhnya dilaksanakan. Konsekuensi dari perubahan tersebut bisa sangat beragam, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Saat-saat perubahan berlangsung, perguruan tinggi berada dalam kondisi kritis dan sering terjadi chaos karena aturan yang lama sudah ditinggalkan/tidak berlaku lagi tetapi aturan yang baru belum berjalan dengan sempurna. Kondisi seperti itu wajar karena memang sedang dalam masa transisi.Penerapan sesuatu yang baru dapat saja diikuti dengan perubahan sikap dan tingkahlaku warga perguruan tinggi.
Tahapan berikutnya ialah mengembalikan perguruan tinggi kepada situasi yang normal kembali. Setelah perubahan dilaksanakan, berbagai aturan baru diberlakukan secara penuh, demikian juga para anggota diharapkan bersikap dan bertingkahlaku sesuai kondisi organisasi yang baru. Jika pada tahapan pertama kondisi yang sudah stabil sengaja ’dibuka’ sehingga siap menerima perubahan, maka pada tahapan yang terakhir ini kondisi yang berubah tadi ’ditutup’, agar stabil kembali.
c.          Analisis Pelaksanaan Manajemen Perubahan
Perguruan tinggi merupakan sebuah sistem yang  terdiri dari berbagai komponen. Perubahan pada salah satu komponen akan berpengaruh terhadap komponen yang lain. Manusia merupakan komponen yang paling sulit diprediksi dan dalam kaitannya dengan perubahan organisasi, merupakan persoalan yang paling rumit.
Orang memiliki kecenderungan menolak adanya perubahan sebab perubahan akan membawa mereka ke dalam situasi yang tidak menentu. Pada umumnya orang menginginkan situasi yang stabil sehingga cenderung mempertahankan kondisi dan kedudukan yang telah mapan.
Ada beberapa kategori yang di lakukan oleh kelompok ataupun organisasi
1.      Resistensi atau penolakan terhadap perubahan
            Yang dimaksud resistensi terhadap perubahan ialah bahwa orang (anggota) cenderung menolak  perubahan dan berusaha mempertahankan  status dan kenyamanan kerja sebagaimana yang telah mereka peroleh sebelumnya. Perubahan akan membawa mereka kepada situasi yang kacau sehingga menimbulkan kecemasan. Berbagai kemudahan yang mereka peroleh selama ini juga terancam hilang, setidaknya mengalami perubahan. Mereka sudah terbiasa dengan lingkungannya, menjalin hubungan baik dengan teman-teman sejawatdan juga pimpinannya. Perubahan organisasi akan merusak berbagai hubungan yang sudah terjalin tersebut. Kecuali itu anggota yang sudah memiliki kedudukan dan kekuasaan tertentu merasa terancam pula dengan adanya perubahan organisasi. Dalam situasi yang baru nanti tidak ada jaminan bahwa mereka akan memperoleh kedudukan yang lebih tinggi atau setidak-tidaknya sama dengan apa yang mereka dapatkan dalam kondisi lama. Dari berbagai alasan itulah maka anggota cenderung menolak perubahan organisasi.
2.      Pengawasan organisasi
            Problem kedua berkenaan dengan pengawasan organisasi. Dalam situasi yang normal (sebelum perubahan dilaksanakan) pengawasan mudah dilakukan sebab jalurnya sudah pasti sebagaimana tergambar pada struktur organisasi. Akan tetapi dengan adanya perubahan, situasinya menjadi lain. Organisasi diliputi suasana kacau, paling tidak selama masa transisi. Dalam keadaan seperti itu sukar memantau tingkahlaku dan penampilan anggota. Dengan demikian sukar pula melakukan tindakan perbaikan jika ternyata terjadi penyimpangan.Mekanisme pengawasan sebagaimana tergambar dalam struktur organisasi hanya dapat dilakukan dengan efektif pada situasi yang stabil. Dalam masa transisi belum jelas benar siapa mengawasi siapa atau siapa bawahan siapa karena strukturnya mengalami perubahan.
3.      Kekuasaan
            Problem yang ketiga menyangkut masalah kekuasaan. Pada umumnya dalam sebuah organisasi (termasuk perguruan tinggi) terdapat kelompok-kelompok informal yang memiliki ’kekuasaan’ dalam mengendalikan organisasi. Kelompok-kelompok seperti itu memiliki pengaruh yang besar terhadap pimpinan dan ikut mewarnai kebijakan-kebijakan yang diambil organisasi. Aktivitas kelompok-kelompok seperti itu cenderung bersifat politis daripada rasional organisatoris. Mereka sudah memiliki ’kedudukan’ yang mapan dalam struktur yang berlaku. Dengan adanya perubahan organisasi, suasana menjadi kacau sehingga kedudukan mereka terancam. Akibatnya para anggota dan juga kelompok-kelompok yang ada saling berebut pengaruh agar dapat menduduki posisi kunci dalam struktur yang baru nanti. Situasi seperti itu dapat menyebabkan tujuan perubahan itu sendiri tidak tercapai,atau setidak-tidaknya mengurangi keefektifan pencapaian tujuan perubahan.
2.5       Penyebab perubahan dan cara mengatasi tantangan terhadap perubahan
2.5.1    Penyebab Perubahan
Winardi dalam bukunya Manajemen Perubahan (2010:65), juga menjelaskan penyebab terjadinya perubahan, disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan, diantaranya:
1.         Faktor Ekonomi
Keadaan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan industri. Faktor ekonomi mengacu kepada sifat, cara dan arah dari perekonomian dimana suatu perusahaan akan atau sedang berkompetisi.
2.         Faktor Sosial
Faktor-faktor sosial mempengaruhi suatu perusahan mencakup keyakinan, nilai, sikap, opini yang berkembang, dan gaya hidup dari orang-orang di lingkungan dimana perusahaan beroperasi.
3.         Faktor Politik dan Hukum
Arah dan stabilitas dari faktor politik dan hukum merupakan pertimbangan utama bagi manajer dalam memformulasikan strategi perusahaan. Faktor politik dan hukum mendefinisikan parameter hukum dan bagaimana pengaturan perusahaan melalui keputusan perdagangan yang wajar, program perpajakan, penentuan upah minimum, kebijakan polusi dan harga serta banyak tindakan lainnya yang bertujuan untuk melindungi karyawan, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan.
4.         Faktor Teknologi
Faktor tenologi sebagaimana faktor-faktor lain dalam lingkungan umum merefleksikan kesempatan dan ancaman bagi perusahan. Kemajuan teknologi secara dramatis telah mengubah produk, jasa pasar, distributor, pesaing, pelanggan, proses manafaktur, praktik-praktik pemasaran dan posisi persaingan.
Dari ke empat faktor lingkungan yang menyebabkan perubahan dalam suatu perusahaan atau lembaga, maka perubahan tersebut sangatlah mudah dan dapat tercapai tujuan yang diingingkan.

2.5.2    Cara mengatasi tantangan terhadap Perubahan
Menurut Winardi dalam bukunya Manajemen Perubahan (2004:79), menyatakan bahwa untuk mengatasi tantangan terhadap suatu perubahan sebagai berikut:
a. Pendidikan dan Komunikasi.
Pesan yang disampaikan kepada para manajer yang ingin melaksanakan proses perubahan adalah: upayakan agar supaya pihak-pihak yang terlibat dalam perubahan tersebut memahami apa saja alasan dibelakang tindakan perubahan tersebut, bagaimana bentuknya dan bagaimana dampak-dampak yang dapat diduga akan timbul.
b. Partisipasi dan Keterlibatan.
Bantulah dan berilah dorongan kepada semua pihak yang terlibat dalam semua proses dan aktivitas perubahan tersebut untuk membatu dan mendesain dan mengimplementasi perubahan tersebut, dalam rangka upaya mendapatkan ide-ide mereka, dan untuk memastikan komitmen mereka.
c. Fasilitas dan Bantuan.
Berilah dorongan, bantuan, pelatihan, konseling, dan sumber-sumber daya kepada semua pihak yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut, membantu mereka menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru yang muncul.
d. Negosiasi dan Persetujuan
Tawaran-tawaran untuk menyediakan insentif-insentif sebagai imbalan untuk persetujuan menerima perubahan.
e. Manipulasi dan Kooptasi
Manipulasi berarti mengatur dan secara selektif memanfaatkan informasi dan insentif-insentif yang terimplikasi guna memaksimasi kemungkinan penerimaan terhadap perubahan.







BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Berdasarkan materi pembahasan diatas yang dapat penyusun simpulkan mengenai “Teori Manajemen Perubahan” mata kuliah Manajemen Perubahan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Definisi manajemen perubahan       
adalah proses terus-menerus memperbaharui organisasi berkenaan dengan arah, struktur, dan kemampuan untuk melayani kebutuhan yang selalu berubah dari pasar, pelanggan dan para pekerja itu sendiri.
2. Tujuan dan manfaat manajemen perubahan
a. Tujuan Perubahan bertujuan agar organisasi tidak menjadi statis melainkan tetap dinamis dalam menghadapi perkembangan jaman, kemajuan teknologi dan dibidang pelayanan kesehatan adalah peningkatan kesadaran pasien akan pelayanan yang berkualitas
b. Perubahan mempunyai manfaat bagi kelangsungan hidup suatu organisasi, tanpa adanya perubahan maka dapat dipastikan bahwa usia organisasi tidak akan bertahan lama.
3. Pendekatan manajemen perubahan
Ø Planned Change (Perubahan Terencana)
Ø Emergent Approach (Pendekatan Darurat)

4. Analisis teori manajemen perubahan
Ø Analisis Konsep dan Tahapan Manajemen Perubahan
Ø Analisis Tahapan Perubahan
Ø Analisis Pelaksanaan Manajemen Perubahan


5. Penyebab perubahan dan cara mengatasi tantangan terhadap perubahan
Ø  Faktor Ekonomi
Ø  Faktor Sosial
Ø  Faktor Politik dan Hukum
Ø  Faktor Teknologi
3.2       Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini, semoga dapat bermanfaat dan bisa dijadikan sumber pengetahuan baru oleh semua pihak. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini karena keterbatasan materi yang saya miliki.Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan agar bisa menjadi lebih baik dalam menyusun pembuatan makalah.









DAFTAR PUSTAKA

Winardi. 2005. Manajemen Perubahan. Jakarta: Pranada Media\
Davidson, Jeff, Change Management, The Complete Ideal’s Duides, Jakarta : Prenada, 2005, hal. 3.
Wibowo, Managing Change, Pengantar Manajemen Perubahan, Pemahaman Tentang Mengelola Perubahan dalam Manajemen, Bandung : ALFABETA, 2006, hal. 37.